Kamis, 30 Mei 2013

MEMPERKIRAKAN PH LARUTAN DENGAN BEBERAPA INDICATOR

Standar Kompetensi      : Memahami sifat – sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan penerapannya

Kompetensi Dasar           : Mendeskripsikan teori – teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan

Teori                                     :
Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam atau basa dapat dilakukan dengan menggunakan indicator kertas lakmus. Namun, apabila ingin mengetahui berapa pH suatu larutan diperlukan indicator universal atau pH meter. Cara lain, yaitu menguji larutan tersebut dengan beberapa indicator yang telah diketahui trayek pH nya seperti pada tabel .


No.
Indikator
Perubahan Warna
Trayek pH
1.Metil JinggaMerah – Kuning2,9 – 4,0
2.Metil MerahMerah – Kuning4,2 – 6,3
3.Bromtimol BiruKuning – Biru6,0 – 7,6
4.FenolftaleinTak berwarna – Merah8,3 – 10,0
5.LakmusMerah – biru5,5 – 8,0

Indikator asam dan basa adalah zat yang dapat memberikan warna yang berbeda pada larutan asam dan basa. Melalui perbedaan warna tersebut akhirnya dapat diperkirakan kisaran pH suatu larutan. Trayek perubahan warna adalah batasan pH dimana terjadi perubahan warna indikator. Salah satu indikator yang umum digunakan dalam pengujian larutan asam dan basa adalah kertas lakmus. Kertas lakmus terdiri dari 2 warna yaitu lakmus biru dan lakmus merah. Jika larutan bersifat asam, maka kertas lakmus biru akan berubah menjadi merah, sedangkan kertas lakmus merah tidak akan berubah warna (tetap berwarna merah). Jika suatu larutan bersifat basa, maka kertas lakmus biru tidak akan berubah warna (tetap biru) sedangkan kertas lakmus merah akan berubah warna menjadi biru. Namun jika tidak terjadi perubahan warna kertas lakmus (lakmus biru tetap biru dan lakmus merah tetap merah) maka larutan tersebut bersifat netral.

Tujuan                  : Memperkirakan pH beberapa larutan dengan menggunakan kertas lakmus dan beberapa  larutan indicator asam basa

Alat dan Bahan :
  1. Tabung Reaksi
  2. Pipet Tetes
  3. Rak Tabung
  4. Larutan A, B, C
  5. Air sumur
  6. Air sungai
  7. Air Cucian Beras
  8. Air PAM
  9. Air Kelapa
  10. Air Teh
  11. Larutan Indikator Asam Basa : MM, MJ, BTB dan PP
Cara Kerja           :
  1. Masukkan masing – masing larutan yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi sebanyak 1/4 tabung
  2. Uji sifat larutan dengan kertas lakmus merah dan biru, catat perubahan warna yang terjadi
  3. Masukkan larutan A ke dalam empat buah tabung reaksi sebanyak 1/4 tabung
  4. Teteskan dengan menggunakan pipet tetes larutan indicator Metil Merah pada tabung 1, Metil Jingga pada tabung 2, Bromo Timol Biru pada tabung 3 dan Fenol Ftalein pada tabung 4
  5. Amati perubahan warna yang terjadi
  6. Lakukan hal yang sama (langkah 3 – 5)  pada larutan yang lain
Hasil Pengamatan           :
  1. Pengujian dengan kertas lakmus
No.LarutanPerubahan WarnaPerkiraan pH
Lakmus MerahLakmus Biru
1.ABiruBiru≥ 8,0
2.BMerahBiru7
3.CMerahMerah≤ 5,5
4.Air SumurMerahBiru7
5.Air SungaiMerahBiru7
6.Air PAMMerahBiru7
7.Air TehMerahUngu5,5-8,0
8.Air Cucian BerasMerahUngu5,5-8,0
9.Air KelapaMerahMerah≤ 5,5

2. Pengujian dengan larutan indikator
No.
Larutan
Perubahan Warna
Perkiraan pH
MM
MJ
BTB
PP
1.
A
 Jingga Jingga BiruUngu ≥ 10
2.
B
Merah Jingga HijauTidak berwarna2,9-4,0
3.
C
 Pink Merah Merah muda Tidak berwarna≤ 2,9
4.
Air Sumur
Jingga Jingga HijauTidak berwarna6,3
5.
Air Sungai
 Jingga Jingga Hijau ArmyTidak berwarna6,3
6.
Air PAM
 Jingga Jingga HijauTidak berwarna6,3
7.
Air Teh
Merah Jingga KuningTidak berwarna 2,9-4,0
8.
Air Cucian Beras
 Merah Jingga KuningTidak berwarna  2,9-4,0
9.
Air Kelapa
 Merah Jingga KuningTidak berwarna  2,9-4,0
Pembahasan                      :

1. Sebutkan larutan apa saja yang bersifat asam, basa dan netral! 
 Asam: Larutan C, Air teh, Air cucian beras, Air kelapa
 Basa : Larutan A
 Netral : Larutan B, Air sumur, Air sungai, Air PAM

2. Bagaimanakah nilai pH untuk larutan yang bersifat asam, basa dan netral?
 Asam : 1-6
 Netral : 7
 Basa : 8-14 

Kesimpulan                        : 
Kita dapat mengukur PH suatu larutan dengan bantuan kertas lakmus. Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru berarti larutan tersebut adalah larutan basa. Jika kertas lakmus biru berubah menjadi merah berarti larutan tersebut adalah larutan asam. Apabila lakmus berwarna merah dan biru tidak berubah warna maka larutan tersebut termasuk larutan netral.

TITRASI ASAM BASA


STANDAR KOMPETENSI : Memahami sifat – sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan terapannya

KOMPETENSI DASAR      : Menghitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit dan hasil titrasi asam basa

A. Tujuan
  1. Menentukan konsentrasi HCl dan larutan NaOH
  2. Menentukan kadar asam asetat dalam cuka dapur dengan titrasi asam basa

B. Teori
Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu suatu larutan. Dalam titrasi zat yang akan ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan disertai penambahan indicator. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan tandar, sedangkan indicator adalah zat yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi.
Berdasarkan pengertian titrasi, maka titrasi asam basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat peniter (titrant) suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat peniter(titrant) suatu larutan asam, dengan reaksi umum yang terjadi ;
Asam + Basa —> Garam + Air
Reaksi penetralan ini terjadi pada proses titrasi. Titik akhir titrasi adalah kondisi pada saat terjadi perubahan warna dari indicator. Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekivalen  titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa. Dengan demikian, pada keadaan tersebut (titik ekivalen) berlaku hubungan :
Va.Ma.a = Vb.Mb.b
Va = Volume asam (L)
Ma=Molaritas asam
Vb = Volume basa (L)
Mb = Molaritas basa
a = valensi asam, b = valensi basa
Pada percobaan ini, akan ditentukan konsentrasi HCl dalam Molar dengan menggunakan larutan NaOH dan indikator fenolftalein.

  • Titrasi Asam kuat dengan Basa kuat
Titrasi Larutan HCl 0,1 M oleh larutan NaOH 0,1 M
Reaksi : HCl + NaOH —> NaCl+ H2O
  • Percobaan B  adalah Penentuan kadar asam asetat dalam cuka dapur
Titrasi larutan CH3COOH oleh larutan NaOH 0,1 M
Reaksi : CH3COOH + NaOH —–> CH3COONa + H2O
Reaksi ion bersih : CH3COOH + OH- —–> H2O + CH3COO-
Dalam titrasi ini dipilih indikator PP (fenolftalein). Pemilihan indikator tergantung pada titik setara (ekivalen) dan titik akhir titrasi. Indikator PP mempunyai selang pH = 8,3 – 10,0. Pada kondisi asam (pH < 7), indikator pp tidak memberi perubahan warna, sedang pada kondisi basa (pH>7) indikator PP memberi warna merah muda.

C. Alat dan Bahan
Alat :
  • Labu erlenmayer 125 ml
  • Pipet Volumetrik 10 ml
  • Buret
  • Labu ukur
  • Statif dan Klem
  • Corong Kecil
  • Botol Semprot
  • Pipet tetes
  • Gelas Kimia 100 ml
Bahan :
  • Larutan HCl 0,1 M
  • Larutan asam cuka
  • Larutan  NaOH 0,1 M
  • Indikator PP
D. Cara Kerja
 Percobaan A      :   Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat
  1. Mengambil  10  ml  larutan HCl M dengan pipet volumetrik lalu memindahkannya ke dalam labu erlenmayer 125 ml
  2. Menambahkan  5 tetes indikator PP ke dalam labu erlenmayer
  3. Menyiapkan buret, statif dan klem
  4. Mengisi buret dengan larutan NaOH 0,1 M tepat ke garis nol
  5. Membuka kran buret secara perlahan sehingga NaOH tepat mengalir ke dalam labu erlenmayer
  6. Melakukan titrasi sehingga didapatkan titik akhir titrasi (pink muda). Selama penambahan NaOH kami menggoyangkan labu erlenmayer agar NaOH merata ke seluruh larutan, lalu kami mengamati perubahan warna yang terjadi dan mencatat volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi.
  7. Mengulang langkah 1 dan 6, sampai di dapatkan dua data titrasi
Percobaan B : Titrasi Asam cuka  dengan Basa Kuat
  1. Mengambil 10 ml larutan asam cuka dengan pipet volumetric lalu memindahkan ke dalam labu ukur 100 ml, serta ditambah air hingga tanda batas
  2. Pipet sebanyak 10 ml larutan (campuran asam cuka dan air) ke dalam labu erlenmayer 125 ml dan  menambahkan 5 tetes larutan indicator PP
  3. Melakukan titrasi sampai di dapat titik akhir titrasi. Mencatat volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi
  4. Mengulang langkah 2 dan 3, hingga diperoleh dua data titrasi
E. Hasil Pengamatan

1. Volume titik akhir titrasi asam kuat- basa kuat
No.
Volume HCL
Volume NaOH
1.
10 ml
9,1 ml
2.
10 ml
8,5 ml


2. Volume titik akhir titrasi asam cuka – basa kuat
No.
Volume asam cuka
Volume NaOH
1.
10 ml
2,6 ml
2.
10 ml
2,2 ml

F. PERTANYAAN

1. Bagaimana perbedaan titrasi A dan B ditinjau dari pH titik ekivalennya?
=  A : 8,8
    B : 2,4
2. Hitunglah konsentrasi larutan HCl dengan data percobaan A!
Ma.Va.A = Mb.Vb.B
Ma.10.1 = 0,1.8,8.1
Ma.10 = 0,88
Ma = 0,088 M

3. Hitunglah konsentrasi larutan Cuka dengan data percobaan B!
Ma.Va.A = Mb.Vb.b
Ma.100.1 = 0,1.2,4.1
Ma.100 = 0,24
Ma = 0,0024
4. Mengapa pada setiap titrasi asam basa diperlukan indikator?
= Karena indicator adalah zat yang dapat mempercepat mencapai titik ekuivalen titrasi.

Kesimpulan : Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi larutan HCl yang mengacu pada data percobaan A adalah sebesar 0,088 M. Sedangkan kadar asam asetat dalam cuka dapur melalui percobaan B adalah sebesar 0,0024 M.

HIDROLISIS GARAM


Standar Kompetensi         : Memahami sifat – sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan      terapannya

Kompetensi Dasar            : Menentukan jenis garam yang  mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut

Tujuan                          :  Untuk mengetahui sifat larutan garam yang terhidrolisis

Teori                            :
Hidrolisis adalah  peristiwa penguraian garam oleh air membentuk basa dan asamnya kembali. Larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau netral, tergantung dari asam – basa penyusunnya.
a.    Garam yang terbentuk dari asam lemah  dan basa kuat mengalami hidrolisis sebagian (hidrolisis sebagian)
b.    Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah juga mengalami hidrolisis sebagian
c.    Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total.
Garam yang terbentuk dari basa kuat dan asam kuat dalam larutan tidak mengalami hidrolisis sehingga konsentrasi ion H+ dan OH- dalam larutan  adalah sama dan larutan garam ini bersifat netral (pH = 7)
Untuk mengetahui  sifat larutan garam, dapat dilakukan melalui kegiatan berikut :

Alat dan Bahan           :
1.   Lempeng Tetes
2.   Pipet Tetes
3.   Kertas Lakmus merah dan Biru
4.   Larutan KCl 1 M
5.   Larutan NaCH3COO 1 M
6.   Larutan NH4Cl 1 M
7.   Larutan Na2CO3 1 M
8.   Larutan Al2(SO4)3 1 M

Cara Kerja       :
1.   Siapkan masing – masing larutan
2.   Setiap larutan diteteskan dalam lempeng tetes sekitar 10 tetes
3.   Periksa larutan dengan mencelupkan kertas saring merah dan biru
4.   Amati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus

Hasil Pengamatan      :
No.
Larutan
Perubahan Warna
Sifat
Lakmus Merah
Lakmus Biru
1.
KCl
 Merah
 Biru
 Netral
2.
NaCH3COO
 Biru
 Biru
 Basa
3.
NH4Cl
 Merah
 Merah
 Asam
4.
Na2CO3
 Biru
 Biru
 Basa
5.
Al2(SO4)3
 Merah
 Merah
 Asam

 Pertanyaan     :
1.      1, Garam manakah yang mengalami hidrolisis sebagian dan garam yang tidak terhidrolisis?
Hidrolisis sebagian : NaCH3COO , NH4Cl , Na2CO3 , Al2(SO4)3
Tidak terhidrolisis : KCl

2.    Tuliskan reaksi garam yang mengalami hidrolisis !   
a. CH3COO + H2O —> CH3COOH + OH-
b. NH4+  + H2O —> NH4OH + H+
c. CO32-  + 2H2O —> H2CO+ 2OH-
d. Al3+  + H2O —>AlOH+ H+

Kesimpulan :
Basa Lemah - Asam Kuat tidak terjadi hirolisis garam. Basa Lemah - Asam Lemah maka garam akan mengalami hidrolisis total. Asam Lemah - Basa kuat dan Basa Lemah - Asam Kuat garam akan mengalami hidrolisis sebagian.

MENGAMATI SIFAT GARAM SUKAR LARUT

Kompetensi Dasar : Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan


I. Tujuan : Membuat garam yang sukar larut dalam air

II. Alat dan Bahan :

- Rak tabung reaksi

- Tabung Reaksi

- Pipet Tetes

- Larutan AgNO3 0,1 M

- Larutan BaCl2 0,1 M

- Larutan Na2SO4 0,1 M

- Larutan NaCl 0,1 M

- Larutan K2CrO4 0,1 M

III. Cara Kerja :

Percobaan A :

1. Masukkan larutan NaCl 0,1 M ke dalam tabung reaksi sampai setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes

2. Tambahkan 5 tetes larutan AgNO3 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan NaCl. Amati dan catat perubahan yang terjadi

Percobaan B :

1. Masukkan larutan Na2SO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi sampai setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes

2. Tambahkan 5 tetes larutan K2CrO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan Na2SO4. Amati dan catat perubahan yang terjadi

Percobaan C :

1. Masukkan larutan AgNO3 0,1 M ke dalam tabung reaksi sampai setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes

2. Tambahkan 5 tetes larutan K2CrO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan AgNO3. Amati dan catat perubahan yang terjadi

Percobaan D :

1. Masukkan larutan BaCl2 0,1 M ke dalam tabung reaksi setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes

2. Tambahkan 5 tetes larutan K2CrO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi BaCl2. Amati dan catat perubahan yang terjadi

IV. Hasil Pengamatan
Percobaan
Pencampuran
Pengamatan (Hasil yang terjadi setelah reaksi)
A
AgNO3 + NaCl
Berubah putih (mengendap)
B
Na2SO4 + K2CrO4
Berubah kuning (tidak mengendap)
C
AgNO3 + K2CrO4
Berubah merah bata (mengendap)
D
BaCl2 + K2CrO4
Berubah kuning (mengendap)

V. Pertanyaan

1. Tuliskan persamaan reaksi ion yang terjadi pada percobaan A, B, C dan D !

Percobaan A:
(Ag + NO₃⁻)  +  (Na + Cl)  ==>  (Ag + Cl)  +  (Na + NOᵌ)
Percobaan B:
(2Na + SO₄⁻)  +  (2K + CrO₄⁻)  ==>   (2Na + CrO²)  +  (2K + SO²)
Percobaan C:
(Ag + NO₃⁻) + (2K+CrO₄⁻)  ==>  (2Ag+CrO²) + (K+NO₃⁻)
Percobaan D:
(Ba²+2Cl) + (2K+CrO²)   ==>  (Ba²+ CrO²) +  (K+ Cl)

2. Tuliskan nama dan rumus kimia keempat elektrolit sukar larut yang terbentuk pada pecobaan ini!

AgCl       : Perak klorida
Na
CrO : Natrium Kromat
Ag
CrO : Perak Kromat
BaCrO
   : Barium Kromat

3. Bagaimana rumus Ksp keempat elektrolit pada pertanyaan no. 1 terhadap konsentrasi dan kelarutan ?

A. Ksp AgCl = [Ag
][Cl] = S²
B. Ksp Na
CrO = [2Na][CrO²] =4Sᵌ
C. Ksp Ag
CrO = [2Ag][CrO²] = 4Sᵌ
D. Ksp BaCrO
 = [Ba²][ CrO²] = S²

4. Diketahui data Ksp sebagai berikut :

Senyawa
Ksp
AgCl
1,7 x 10-10
Ag2CrO4
1,9 x 10-12

a.    Hitunglah kelarutan AgCl dan Ag2CrO4 dalam 1 liter air murni (dalam g/L air)!

AgCl dalam air:
 Ksp       = S²
 1,7 x 10¹°=S²
 S = √1,7 X 10¹°
    = √1,7 X 10⁻⁵

 AgCrO dalam air:
 Ksp = 4Sᵌ
 1,9 X 10¹² = 4Sᵌ
 S=ᵌ√1,9 X 10¹² ̸ 4
   = 7,8 X 10⁻⁵

 b.   Hitunglah kelarutan AgCl dalam 1 liter NaCl 0,1 M (dalam mol/L)!
 NaCl = Na + Cl
               =Cl= 0,1 . 1 =0,1
 Ksp AgCl —> [Ag][Cl]
 1,7 x 10¹° =   S   .   [0,1]
 S  = 1,7 x 10¹°̸ 1 x 10¹
     = 1,7 x 10⁻⁹

 c.    Hitunglah kelarutan Ag2CrO4 dalam 1 liter AgNO3 0,1 M (dalam mol/L)

AgNO = Ag + NO₃⁻
                   = Ag= 0,1 . 1 =0,1
 Ksp AgCrO—>[2Ag]² [CrO²]
   1,9 X 10¹²  =    [0,1]² . S
          S            =     1,9 X 10¹²  ̸ 1 x 10²
                        = 1,9 x 10¹°

VI. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan, garam yang mengendap yaitu AgCl (perak klorida), Ag
CrO (perak kromat) dan BaCrO (barium kromat)

KOLOID


Standar kompetensi       :  Menjelaskan system dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Kompentesi Dasar           : Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitar
Pembuatan koloid

Tujuan                                  : Mmembedakan serta memahami pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi
Teori                                      : Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh karena itu,sistem koloid dapat di buat dengan pengelompokan (agregasi) partikel sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Cara pembuatan koloid antara lain :
1.       Cara kondensasi yaitu partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat di lakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks,hidrolisis,dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.
2.       Cara dispersi, yaitu partikel kasar di pecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat di lakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bungan listrik(cara busur Bredig)
Alat dan Bahan                  :
A.      Alat :
1.       Lumpang
2.       Gelaskimia
3.       Tabung reaksi dan rak
4.       Pembakar spirtus
5.       Pengaduk kaca
6.       Kaki tiga dan kasa kawat
7.       Gelas ukur
8.       Labu erlenmayer
9.       Pipet tetes
10.   Neraca
B.      Bahan   :
1.       Gula pasir
2.       Serbuk beleranf
3.       Agar-agar
4.       Minyak tananh
5.       Larutan FeCl₃ jenuh
6.       Larutan sabun
7.       Aquadest
Cara kerja :
Percobaan A : pembuatan sol dengan cara dispersi
a.       Sol belerang dalam air
1.       Campurkan 1 bagian gula dengan 1 bagian belerang, dan gerus dengan alus dan lumpang sampai halus
2.       Ambil 1 bagian campuran dan campurkan denfgan 1 bagian gula,lalu gerus sampai halus
3.       Ulangi langkah nomor 2 sampai empat kali. Ambil 1 bagian campuran keekmpat dan tungkan campuran itu ke dalam gelas kimia yang berisi 50ml air. Kemudian aduk campuran ini. Amati hasilnya
b.      Sol agar-agar dalam air
1.       Ambil agar-agar sebanyak 2 spatula kaca dan larutkan ke dalam gelas kimia yang berisi 25 ml air mendidih
2.       Dinginkan campuran itu dan perhatikan apa yang terjadi. Cara ini di sebut peptisasi
Percobaan B  : pembuatan sol dengan cara kondensasi
1.       Panaskan 50 ml air dalam gelas kimia 100 ml sampai mendidih
2.       Tambahkan larutan FeCl₃ jenuh setetes demi setetes sambil di aduk hingga larutan manejadi merah coklat. Amati hasilnya
Percobaan C : pembuatan emulsi
1.       Masukkan 1 ml minyak tanah dan 5 ml air ke dalam suatu tabung reaksi. Guncangkan tabung dengan keras setelah terlebih dahulu di sumbat dengan tutup gabus atau karet. Letakkan tabung reaksi di rak.
2.       Masukkan 1 ml minyak tanah , 5 ml air dan 15 tetes larutan sabun ke dalam tabung reaksi lain. Guncangkan tabung dengan kuat dan letakkan di rak. Amati kedua tabung tersebut
Percobaan D :
1.       Tuangkan 50 ml susu kedalam gelas kimia
2.       Tambahkan 5 ml asam asetat/asam cuka ke dalam gelas kimia tersebut
3.       Amati apa yang terjadi
Hasil pengamatan            :
Percobaan
Kegiatan pembuatan
Hasil
A
a.sol belerang (dispersi)
Warnanya keruh dan  terdapat endapannya

B.sol agar-agar (dispersi)
Keruh, terdapat endapan, dan agak menggumpal
B
Sol Fe(OH)₃ (kondensasi)
Keruh dan berwarna merah ke coklatan
C
a.campuran air dan minyak tanah
Tidak menyatu dan warna keruh

b.campuran minyak tanah,air dan sabun
Tidak menyatu, keruh dan berbusa.
D
homogenisasi
Terjadi penggumpalan saat di teteskan dan susu memisah.

Pertanyaan :
1.       Jelaskan perbedaan pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi
Cara dispersi : semua molekul dan ion jika di campurkan akan menjadi partikel koloid
Cara kondensasi : untuk mencampurkannya menjadi koloid di perlukan adanya       penggancuran pada partikel kasar.
2.       Apa fungsi gula dalam pembuatan belerang ?
Sebagai zat yang membantu belerang membentuk koloid dalam air karena sifat gula yaitu akan membuat larutan di dalam air
3.       Apa yang terjadi pada saat larutan FeCl₃ jenuh di teteskan ke dalam air mendidih ?  Tuliskan apa reaksi kimianya
Warnanya terbentuk merah kecoklatan dan partikelnya menyebar ke seluruh cahay FeCl₃ + H₂O → Fe(OH)₃ + HCl
4.       Kesimpulan :
Dari percobaan di atas, dapat kita ketahui bahwa kondensasi merupakan cara pembuatan  koloid yang awalnya merupakan larutan. Sedangkan dispersi adalah cara pembuatan koloid yang awalnya berupa suspensi. Minyak merupakan zat yang tidak larut dalam air. Tetapi ketika di tambahkan detergen, larutan dapat larut di dalam air